Bima ~ infobima com ~ Jati diri seorang perempuan yang pemberani di juluki sang bongkar bandar atas nama Uswatun Hasanah. Dilansir melalui narasi dalam akun Facebook Badai NTB Real.
Demi menyelamatkan anak bangsa, Kini alat Negara menjadi Bungkam dan tendensi di segala bidang penegakan hukumnya tidak berani membongkar dalam dugaan kejahatan terstruktur merusak anak bangsa. dirinya mengungkapkan sesuatu dibalik peredaran narkoba jenis sabu-sabu di wilayah Indonesia khususnya provinsi nusa tenggara barat NTB. Kemudian dihadapkan intimidasi dan diskriminalisasi tetap dilalui.
Adapun tanggapan dari pihak para Netizen yang disampaikan oleh Sang Bongkar Bandar. Kalian bilang, "kenapa tidak dilaporkan saja?”.
Tak Lupa pula dirinya mengatakan. Terima kasih atas sarannya mungkin kalian belum tahu kalau saya sudah Lapor Polres Bima.
Lapor Polres Dompu.
Lapor Polres Kota Bima.
Lapor Propam Polda NTB. Lapor Propam Mabes Polri. Lapor BNN NTB. Lapor BNN RI
Koordinasi dengan LPSK RI. Koordinasi dengan TNI.
Langkah Koordinasi dengan Bupati & Walikota. Sudah semua, sudah lengkap, sudah habis jalurnya. Bahkan sampai jalur yang kalian mungkin tidak tahu itu ada.
Tapi kalau menurut kalian saya belum lapor, mungkin setelah ini saya harus lapor ke RT RW, Ketua Karang Taruna, Tukang ojek, DAMKAR dan mungkin ke grup WA keluarga kalian biar dianggap sah?
"Jangan posting wajah orang, kasihan keluarganya!" Betul, kasihan. Tapi mari jujur, keluarga siapa yang harus kita kasihani?
Keluarga peng*edar & banda Koba? Atau keluarga ribuan anak muda yang hancur masa depannya karena barang mereka?
Kalian bilang "saya melanggar asas praduga tak bersalah" Silakan jelaskan ke saya ketika pem*ake ditangkap lalu diumumkan, disidangkan dan dijerat hukuman pidana. Karena tak punya uang untuk teb*us, apa itu praduga bersalah, atau tidak?
Ketika masyarakat kecil dipamerkan di media, itu boleh? Ketika b*andar besar ditutup-tutupi wajahnya oleh ap*arat, tentu itu adil apa bukan? Itu yang kalian maksud dengan keadilan?.
Tolong diajari saya dong mungkin tidak sepintar kalian dalam memilih siapa yang boleh dipublikasikan dan siapa yang wajib dilindungi. Ujar Uswatun
"Serahkan ke APH bukan koar-koar.” Sudah, sudah saya serahkan. Bahkan berkali-kali sampai saya hafal letak pintu Resnarkoba disemua Polres, berapa AC yang ada Ditresnarkoba Polda, berapa asbak di ruangan Propam Polda NTB, dan berapa banyak pot bunga di lorong pintu Propam Mabes Polri.
Oh iya lupa, saya juga menemukan satu hal, kalau kita diam, bandar Koba lebih cepat kerja daripada aparat. Jadi pertanyaannya “Kalian mau saya diam dan lihat daerah ini hancur, atau saya bersuara agar publik ikut mengawasi?”. Bebernya
“Kenapa kamu yang repot? Emang kamu polisi?” Betul, saya bukan polisi. Betul, saya tidak digaji negara. Betul, saya tidak punya senjata, jabatan, atau pangkat. Tapi tolong jawab pertanyaan sederhana ini, Kalau rakyat tidak boleh bersuara soal kerusakan daerahnya,
terus siapa yang boleh?
Dan menurut kalian saya “kepoin hidup orang”,
apakah masa depan daerah, nyawa generasi, dan hancurnya SDM itu kita kategorikan urusan pribadi orang masing-masing?
Kalau begitu setelah ini, jika sekolah rusak→urusan kepala sekolah. Jalan hancur→urusan dinas PU, pemerintahan bobrok→urusan bupati? Dan kita semua diam saja? Kita semua pura-pura sibuk saja?
Apa enak jadi warga negara kalau logika kalian tidak dipakai?
“Cara kamu salah.”
Baik kalau begitu, mari kita diskusikan dengan kepala dingin. Coba sebutkan SATU SAJA cara yang lebih efektif dari lapor resmi ke semua institusi hukum, bongkar jaringan di publik, edukasi masyarakat, turun langsung ke forum-forum, mengupdate penangkapan, mengawasi kerja aparat, mendorong pemerintah terlibat, mengajak semua elemen ikut perang melawan koba, membuka jalur koordinasi lintas lembaga, mengumpulkan data jaringan, melawan psikologis banda koba, menggerakkan anak muda, dan menahan tekanan dan teror.
Tolong sebutkan.
Satu saja. Satu cara yang lebih hebat dari itu. Cuitnya. Saya tunggu!
Kalau kalian bilang cara saya salah, maka logikanya kalian pasti punya cara yang lebih baik kan? Mungkin selama ini kalian simpan cara itu di bawah bantal, belakang lemari, di saku celana, atau di timeline FB yang isinya cuma nyinyiran?
“Tidak usah posting! Itu bukan solusi!” Baik, kalau posting bukan solusi tapi kenapa ketika saya posting banda koba panik, oknum gelisah, polisi buru-buru tangka meski di lepa lagi dan masyarakat saling mengingatkan. Apakah bukan solusi? Tapi efeknya kok meleset lebih jauh daripada lembaga negara? Mungkin kita harus jujur yang kalian takutkan, bukan postingannya tapi kebenaran yang dibongkarnya. Tegasnya
Kalau kalian tidak suka cara saya, silakan! Tidak apa-apa. Tidak semua orang suka obat pahit.
Tapi tolong jawab satu pertanyaan terakhir, apa yang sudah kalian lakukan untuk menyelamatkan daerah ini dari buruknya peredaran narkoba, selain menyuruh saya diam? Saya tunggu jawabannya!. Biar daerah ini tahu siapa yang benar-benar berjuang dan siapa yang cuma jadi penonton sok pintar. Pungkasnya Uswatun Hasanah Alias #badaintb #bongkarbandar #bayanganbadai #viral #albumrelease
