Perjuangan Gigih, Intan Nursyahbaratin Hafal Qur'an
Cari Berita

Iklan 970x90px

Perjuangan Gigih, Intan Nursyahbaratin Hafal Qur'an

Friday, February 5, 2021


                          gambar ilustrasi

Dompu, infobima.com - Untuk meraih sesuatu pasti membutuhkan perjuangan. Sesuatu yang besar tentu saja harus melalui perjuangan yang besar pula. Apalagi sesuatu yang ingin diraih adalah bisa menghafalkan Al-Qur'an sampai khatam 30 juz. Bukan sesuatu yang mudah. Perjuangan gigih yang pantang menyerah disertai cucuran keringat dan air mata pasti menjadi bagian tak terpisahkan dengan keseharian seorang santri yang sedang berjuang menghafal ayat-ayat dalam Kitab Suci yang Mulia itu. 

Begitulah yang dialami oleh Intan Nursyahbaratin, putri pasangan bapak Syahrul dan ibu Nurjannah yang beralamat di Desa Bara Kecamatan Woja Kabupaten Dompu NTB.

"Setiap hari melakukan muroja'ah kemudian setor hafalan sampai tidak ingat lapar dan tidak ingat ngantuk," tutur Intan mengisahkan pengalamannya saat mondok dalam program Class Intensive di Ponpes Tahfidz Daarul Huffadz Indonesia (DHI) Bogor.
Intan mengatakan program intensife yang dipilihnya adalah 6 bulan, tetapi dapat diselesaikannya dalam tempo 4 bulan atau lebih cepat dua bulan dari yang an.

Kesungguhan niat dan keinginan Ratin untuk menjadi seorang Hafidzah (penghafal Al-Qur'an) akhirnya terwujud. Terutama sekali karena dukungan dan doa restu dari kedua orang tuanya. Hanya 4 (empat) bulan lamanya ia bersungguh-sungguh agar bisa menghafal Al-Qur'an. Pondok Pesantren Tahfidz  Daarul Huffadz Indonesia (DHI) Bogor. Itulah yang menjadi tempat ia berguru selama 4 bulan dan akhirnya bisa menghafal Al-Qur'an hingga selesai 30 juz itu.
"Ratin berangkat ke pondok bulan Agustus dan selesai hafalannya 30 juz di bulan Desember (2020). Targetnya 6 bulan tapi 4 bulan sudah selesai," ungkap sang ibu Nurjannah.

Ratin mengungkapkan semangatnya untuk menghafal Al-Qur'an bermula saat ia menempuh pendidikan SMP di Ponpes Tahfidz Abu Hurairoh Mataram. Di sana ia baru menghafal 8 (delapan) juz. Setelah tamat SMP, ia melanjutkan pendidikan di SMKN 1 Dompu Jurusan Perkantoran. 
Usai menamatkan pendidikannya, dia tidak ingin kuliah tetapi tekadnya sudah bulat untuk bisa mengkhatamkan hafalannnya hingga 30 juz.

"Saya merasa kewajiban belum selesai sehingga saya mohon izin ke orang tua untuk berangkat ke pondok supaya bisa hafal Al-Qur'an," tutur Ratin.

Muroja'ah (mengulang-ulang) hafalan Al-Qur'an. Itulah yang menjadi keseharian bagi Ratin. Kecintaannya terhadap Al-Qur'an telah membuatnya selalu memanfaatkan waktu-waktunya untuk muroja'ah. Baginya tiada hari tanpa muroja'ah.

"Setelah khatam 30 juz berarti kita sudah kontrak dengan Allah untuk muroja'ah sampai mati," ucapnya.

Ia mengemukakan dengan muroja'ah banyak keutamaan yang bisa diperoleh. Di antaranya rasa kecintaan terhadap Al-Qur'an sebagai Kalamullah semakin terpatri di dalam hati sanubari dan akan semakin menguatkan hafalannya (mutqin). Di sisi lain pahala berlipat ganda akan selalu dituliskan bagi orang-orang yang selalu mengisi waktunya siang dan malam untuk membaca Al-Qur'an. Keridhoan Allah pasti akan selalu dicurahkan kepada orang-orang yang selalu bersama Al-Qur'an.
"Hidup kita di dunia ini sementara. Nggak ada gunanya kita hidup kalau kita tidak dapat ridho-Nya Allah. Dengan Al-Qur'an kita bisa menggapai ridho-Nya Allah. Kalau Allah sudah ridho semua urusan kita akan dipermudah oleh Allah," jelasnya.


Memakaikan mahkota bagi kedua orang tuanya di surga dan bisa mensyafaati orang-orang dekatnya di akhirat kelak. Itulah yang memotivasi diri Ratin untuk bisa mengkhatamkan hafalan ayat-ayat dari Kitab Suci Al-Qur'an yang mulia itu.

"Al-Qur'an itu sahabat kita sesungguhnya. Dia akan menolong kita di akhirot kelak. Bukan hanya kita sendiri tetapi juga kita bisa menolong oramg tua dan orang-orang terdekat kita," urainya. (AMIN).