Foto: Doc. Chapunk Climber
Dompu, Infobima.com - Berbicara porang, tentu berbicara produktifitas. Dalam rangka mencapai hasil yang maksimal sudah pasti kita harus menyita waktu dan konsentrasi untuk membudidayakan porang.
Dewasa ini porang menjadi barang seksi di daerah tercinta Bumi Nggahi Rawi di karenakan Porang menjadi bagian terpenting pada program pemerintah yang berselogan JARAPASAKA.
Hingar bingar pemberitaan porang berseliweran di sejumlah media, baik cetak, online, televisi hingga medsos yang konon katanya telah mampu merubah iklim ekonomi warga pembudidaya porang.
Hal itu menjadi motivasi tersendiri bagi rakyat dompu untuk mengambil bagian untuk menanam dan membudidayakan porang, terlebih pemerintahan baru yang di nahkodai oleh AKJ - SYAH turut menjadikan porang sebagai program unggulannya.
Namun hingga lepas satu tahun mengabdi pada Bumi Nggahi Rawi Pahu, tanda tanda suksesi porangnisasi belum muncul ke permukaan baik itu umbi porang yang di tanam maupun alokasi anggaran untuk pengembangan porang, tentu menambah keseksian porang sebagai bahan diskusi di pelbagai forum diskusi formal dan non formal.
Alhamdulillahnya di tahun 2022 ini pemerintah daerah Dompu akan mengalokasikan anggaran yang fantastis menurut saya untuk Demploting porang, hanya saja saya belum membaca skema demplotnya entah dimitrakan dengan petani atau di hibahkan ke petani untuk itu kita tunggu implementasinya.
Saran saya kepada pemerintah untuk mengurusi dahulu porang yang sudah di budidayakan petani saat ini, untuk data sebaran petani porang saya rasa dinas terkait memiliki data tersebut, intervensi yang saya maksud adalah membantu petani untuk mengontrol pasar porang yang saat ini di kelola oleh para tengkulak yang cenderung bermain harga sehingga berimbas pada rendahnya harga beli oleh tengkulak kepada petani, selain dari pada itu perilaku pasar porang dompu saat ini masih berkutat pada petani satu ke petani dua dan tengkulak.
Lantas muncul pertanyaan saya, sebagaimana saya mengutip pernyataan salah seorang anggota DPRD kabupaten Dompu yang mengatakan bahwa sulitnya pemerintah untuk menggandeng investor porang, loh kok bisa ya ?
Padahal tengkulak saja berhasil curi start yakni dengan membeli porang dari petani dan menjual ke perusahaan pengepul porang.
Bukankah perusahaan pengepul porang itu adalah investor...?
Lantas bagaimana dengan peran Dinas perdagangan apakah tidak mampu mendeteksi pasar...?, atau dinas ketahanan pangan tidak mampu membersamai dinas perdagangan untuk langkah proteksi pasar...?
Atau barangkali sejumlah OPD masih gagap terhadap suksesi JARA PASAKA, tentu ini menjadi problematika tersendiri di tengah progres perwujudan JARA PASAKA untuk Dompu Mashur yang terkesan merangkak bahkan cenderung stagnan.(Doc. Capunk)