Pakar Ekonomi Kabupaten Dompu, Dr. Ega Syaiful Subhan, SE, MM
Dompu, Infobima - Kinerja saham perusahaan tambang global, Vale S.A. (VALE) sebagai pemegang saham mayoritas di PT. Sumbawa Timur Mining (STM), menunjukkan tekanan berat selama dua tahun terakhir. Setelah menutup tahun 2023 di level sekitar USD 13,93, harga saham perusahaan ini merosot drastis sepanjang tahun 2024 hingga menyentuh USD 8,52 pada akhir tahun atau menurun sebesar 38,86%. Meskipun pada awal 2025 mulai menunjukkan tanda pemulihan hingga mencapai USD 9,31 per 26 Mei 2025, harga tersebut masih jauh dari level tertingginya di tahun 2023.
Pakar Ekonomi Kabupaten Dompu menilai ketidakpastian investasi strategis PT. Vale S.A di sejumlah wilayah, termasuk proyek tambang emas dan tembaga Hu’u di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, secara tidak langsung bisa menjadi salah satu penyebab melemahnya harga saham Vale. Proyek yang digarap melalui anak usahanya, PT. Sumbawa Timur Mining (STM), hingga kini belum memperoleh perpanjangan izin eksplorasi dari pemerintah Indonesia meski masa berlaku izin eksplorasi sebelumnya akan berakhir pada 27 Juni 2025.
Ketidakjelasan kelanjutan proyek ini menimbulkan tanda tanya besar bagi investor global. Apalagi, proyek Hu’u dinilai menyimpan potensi mineral kelas dunia dan digadang-gadang menjadi salah satu cadangan strategis bagi rantai pasokan logam dunia. Namun sejumlah polemik di lapangan, mulai dari keluhan masyarakat lingkar tambang hingga dugaan pelanggaran eksplorasi, turut memperkeruh citra dan keberlanjutan proyek tersebut.
“Investor melihat proyek Hu’u sebagai bagian dari roadmap strategis Vale S.A untuk jangka panjang. Ketidakpastian izin dan lambannya progres sangat memengaruhi persepsi risiko terhadap saham Vale,” ujar Dr. EGa Syaiful Subhan, SE, MM, Pakar dan Akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) YAPIS Dompu, dikutip dalam wawancara Senin, (26/5) Kemarin, di Ruang kerjanya.
Dr. Ega menyebut Ketidakpastian perpanjangan izin ini dapat berdampak pada perusahaan. Menurutnya, Jika usaha mengalami hambatan seperti ini, dapat dipastikan ada kerugian yang timbul.
"Apalagi jika STM masih dalam tahap eksplorasi dan penelitian, maka hasilnya belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Jika hasil eksplorasi tidak sesuai dengan target yang diberikan, maka perusahaan akan mengalami kerugian", jelasnya.
Salah satu Ahli ekonomi putra Dompu ini bahkan menyoroti kebijakan STM yang menghentikan aktifitasnya untuk sementara sejak tahun 2024 lalu hingga kini. Menurutnya kebijakan tersebut akan memicu sentimen negatif pasar investasi mereka.
"Misalnya, dalam tiga tahap eksplorasi, produksi, dan pemasaran, jika tidak sesuai dengan rencana, maka perusahaan akan mengalami dampak pada investasi dan pendapatan mereka. Contoh kecil, jika operasional perusahaan terganggu selama satu atau dua hari karena kondisi sosial, alam, atau demografi, maka pengeluaran yang telah direncanakan akan tetap ada, namun pendapatan mereka akan terpengaruh." Ungkapnya.
Sementara itu, Principal Communications PT. STM, Cindy Elza, menjelaskan bahwa pihaknya saat ini masih dalam fase eksplorasi dan tengah mengajukan perpanjangan sesuai prosedur dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 110 K/30/MEM/2020. Ia menegaskan bahwa fase eksplorasi bisa memakan waktu 20–25 tahun untuk tambang bawah tanah seperti di Hu’u, mengingat kompleksitas geologi dan suhu panas bumi yang tinggi di kawasan tersebut.
Meski demikian, transparansi dan komunikasi publik dari STM dinilai masih kurang, terutama dalam menjawab isu-isu krusial seperti dugaan eksploitasi terselubung, pembangunan jalan dan infrastruktur permanen, serta isu terkait dugaan pengangkutan material tambang tanpa izin operasi produksi.
Informasi yang dihimpun KMBali1.com, Pendapatan bersih VALE S.A. untuk dua belas bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2025 adalah USD 5,881 miliar, angka ini turun 24,84% dibandingkan tahun sebelumnya yakni tahun 2024 dengan pendapatan bersih VALE S.A sebesar USD 6,166 miliar. Tren merosotnya pendapatan PT. VALE S.A sebagai pemegang mayoritas saham PT. STM ini berlanjut pada tahun 2023 yakni sebesar 22,76% dengan pendapatan sebesar USD 7,98 Milliar. Kemerosotan Pendapatan PT. VALE S.A di tahun 2023 adalah yang terparah hingga 57,51% dibanding tahun 2022. Pendapatan PT. VALE S.A tahun 2022 adalah sebesar USD 18,78 Milliar.
Kondisi Dividen yang stagnan di tengah penurunan keuntungan, banyak pemegang saham mempertanyakan kelayakan proyek-proyek yang menyedot investasi besar seperti Proyek tambang Hu'u namun belum menunjukkan hasil nyata.(tim)